Skip to main content

Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca adalah efek dimana atmosfer memanaskan planet. Jadi boleh disimpulkan bahwasannya semua planet beratmosfer itu mengalami efek rumah kaca.

Proses efek rumah kaca kira2 seperti ini. Setiap energi yang masuk ke bumi itu ada yang diserap dan ada yang dipantulkan kembali. Nah karena banyaknya gas diatmosfer seperti CO2 dsbnya maka energi yang dipantulkan itu dikembalikan lagi ke bumi, akibatnya suhu bumi semakin meningkat.

Pada awalnya efek rumah kaca ini dibutuhkan karena dengan adanya efek ini, maka perbedaan suhu antara siang dan malam tidak berbeda terlalu jauh. Namun karena banyak energi yang tertahan dibumi, mengakibatkan kenaikan suhu yang semakin meningkat dan mengakibatkan pemanasan global (Global Warming).
Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah sulfur dioksida (SO2), nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana (CH4) dan khloro fluoro karbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.

Comments

Popular posts from this blog

First thought to share after long time

It has been long time ago since my last post in my blog. sometime i miss it so much. I miss share my thought with others. I thought sharing already become my nature. In last few years, i tried to enrich myself with so many activity for empowering others. Maybe that can be my excuse for not writing a blog ^^. In 2012, I was elected as Chief of North Sumatera Region of PATRIA (Pemuda Theravada Indonesia). You can find more information about PATRIA at www.patria.or.id , or www.facebook.com/PATRIASUMUT for what I and my team do in North Sumatera. After elected as a chief, I tried to collect who can be my team to run this organization for 3 years. In short i found it and we become a great team for 3 years ^^. Most of my team member was a woman, so i can claim myself that I am empower women ^^. We had a lot of journey for 3 years and after that we became so close to each other. TRUST each other is one we built for that times. Running the social organization make me realize that ever

My Journey

I was born in 1984, in Medan, one of the city in North Sumatera, Indonesia. Born with special privilege, sometimes make me was treated differently from others. I will not tell you what is my privilege, so you can't get it from me.  My parents were a business person ^^, my father worked with my grandfather in their family candy company (I ate so many candies when a child, fortunately, my teeth are strong enough). My mother sold Chinese ramen (we call it Mie Pansit) with dumpling (usually filled with chopped pork). They are very busy every day. My mother had to wake up early morning (about 3-4 AM) to prepare every ingredient for the ramen and my Father was usually worked until late. When my school holidays, I usually helped both of my parents in their job. I could help my mother pack the ramen in the morning, sometimes helped my father cut or pack candies in their factory. That was very interesting experiences I got.  During my school, my parents are very rare come to sc

Kebersamaan dalam Bencana

Cap Go Meh melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Tahun Baru Imlek bagi komunitas Tionghoa di seluruh dunia. Biasanya Cap Go Meh dirayakan dengan meriah, diisi dengan berbagai acara seperti, pelepasan kembang api, atraksi barongsai, atraksi tarian  naga, dan lain sebagainya. Tidak seperti daerah lainnya, Tanggal 06 Februari 2012, 124 kepala keluarga dari 88 rumah di Jalan A Rahman Hakim Gang Bakung Lingkungan XII, Kelurahan Tegal Sari I, Kecamatan Medan Area, Sumatera Utara harus terpaksa mengungsi di rumah-rumah keluarga ataupun diposko-posko yang disediakan oleh penduduk dan pemko karena pada pukul 09.30 WIB, rumah mereka dilalap oleh ganasnya jago merah. Kondisi cuaca yang panas, angin yang berhembus kuat, dan kondisi jalan masuk yang sempit, membuat 21 armada mobil pemadam kebakaran sulit menjinakkan jago merah. Seolah tidak ingin ketinggalan merayakan Cap Go Meh, dalam waktu singkat 88 rumah semi permanen rata dengan tanah. Dibalik kesedihan yang dialam